Mengenai Saya

Foto saya
aQ hnylh wnita bysa yg tkut sm Sang Kholik.. aQ hnylh wnita bysa yg ingn d manja aNd d ciNta.. tp aQ....... ^_^ mNiezzz,, ^_o m0etdzzz,, ^_* baikzzz,, ^_+ ramah tamah kpd seSamazzz,, ^_e ramezzz,, ^_u periangzzz,, ^_¤ aNd muaSih buanyak lgi. WuekKkekKkekKk

Kamis, 28 Oktober 2010

Taksonomi Bloom

Taksonomi Bloom
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.
Teks ini akan dicetak miring== Domain Kognitif == Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama berupa adalah Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6)
Daftar isi
[sembunyikan]
• 1 Pengetahuan (Knowledge)
• 2 Pemahaman (Comprehension)
• 3 Aplikasi (Application)
• 4 Analisis (Analysis)
• 5 Sintesis (Synthesis)
• 6 Evaluasi (Evaluation)
• 7 Domain Afektif
o 7.1 Penerimaan (Receiving/Attending)
o 7.2 Tanggapan (Responding)
o 7.3 Penghargaan (Valuing)
o 7.4 Pengorganisasian (Organization)
o 7.5 Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex)
• 8 Domain Psikomotor
o 8.1 Persepsi (Perception)
o 8.2 Kesiapan (Set)
o 8.3 Guided Response (Respon Terpimpin)
o 8.4 Mekanisme (Mechanism)
o 8.5 Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)
o 8.6 Penyesuaian (Adaptation)
o 8.7 Penciptaan (Origination)
• 9 Rujukan

[sunting] Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk, dsb.
[sunting] Pemahaman (Comprehension)
Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dsb. Sebagai contoh, orang di level ini bisa memahami apa yg diuraikan dalam fish bone diagram, pareto chart, dsb.
[sunting] Aplikasi (Application)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram.
[sunting] Analisis (Analysis)
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.
[sunting] Sintesis (Synthesis)
Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.
[sunting] Evaluasi (Evaluation)
Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dsb
[sunting] Domain Afektif
Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol.
[sunting] Penerimaan (Receiving/Attending)
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
[sunting] Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.
[sunting] Penghargaan (Valuing)
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
[sunting] Pengorganisasian (Organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
[sunting] Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex)
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya.
[sunting] Domain Psikomotor
Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom.
[sunting] Persepsi (Perception)
Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
[sunting] Kesiapan (Set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
[sunting] Guided Response (Respon Terpimpin)
Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
[sunting] Mekanisme (Mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.
[sunting] Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
[sunting] Penyesuaian (Adaptation)
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
[sunting] Penciptaan (Origination)
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu.
[sunting] Rujukan
Bloom, B. S. ed. et al. (1956). Taxonomy of Educational Objectives: Handbook 1, Cognitive Domain. New York: David McKay.
Gronlund, N. E. (1978). Stating Objectives for Classroom Instruction 2nd ed. New York: Macmilan Publishing.
Krathwohl, D. R. ed. et al. (1964), Taxonomy of Educational Objectives: Handbook II, Affective Domain. New York: David McKay.




TAKSONOMI BLOOM Versi Baru
Posted on 19/01/2010 by tatang m. amirin| 10 Comments
Tatang M. Amirin; 19 Januari 2010; 18 Februari 2010
Benjamin S. Bloom amat populer di kalangan pendidikan dengan taksonominya yang lazim disebut dengan taksonomi Bloom, walaupun yang menyusun taksonomi (klasifikasi, kategorisasi, penggolongan) tersebut bukan hanya Bloom seorang.
Taksonomi Bloom itu merupakan penggolongan (klasifikasi) tujuan pendidikan (ada yang menyebutnya sebagai perilaku intelektual/”intellectual behavior”) yang dalam garis besar terbagi menjadi tiga ranah atau kawasan (“domain”), yaitu ranah kognitif (berkaitan dengan kognisi atau penalaran/pemikiran–dalam bahasa pendidikan Indonesia disebut “cipta”), ranah afektif (berkaitan dengan afeksi atau “rasa”), dan ranah psikomotor (berkaitan dengan psikomotor atau gerak jasmani-jiwani, gerak-gerik jasmani yang terkait dengan jiwa; mirip dengan “karya”–walau sebenarnya tidak sama persis).
Taksonomi Bloom ranah kognitif dilukiskan “Wikipedia” dalam bentuk bunga mawar sebagai berikut. Anda harus memperbesarnya (“zoom in”) jika ingin jelas melihatnya.

Sejarahnya bermula ketika pada awal tahun 1950-an, dalam Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, sebagai kelanjutan kegiatan serupa tahun 1948, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa persentase terbanyak butir soal evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah hanya meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka. Hapalan tersebut sebenarnya merupakan taraf terendah kemampuan berpikir (menalar, “thinking behaviors”). Artinya, masih ada taraf lain yang lebih tinggi.
Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl kemudian pada tahun 1956 merumuskan ada tiga golongan (“domain”, ranah) kemampuan intelektual (“intellectual behaviors”)–seperti telah disebutkan di muka, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Ranah kognitif terdiri atas enam aras (“level”), yaitu “knowledge” (tahu; “ke-tahu-an”; —umumnya diindonesiakan dengan “pengetahuan” sehingga suka salah tangkap meniadi ilmu), “comprehension” (paham, kepahaman–berbeda dari pemahaman atau persepsi), “application” (penerapan), “analysis” (penguraian), “synthesis” (pemaduan), dan “evaluation” (penilaian).
Penjabaran ranah kognitif menurut A Big Dog, Little Dog and Knowledge Jump Production ( June 5, 1999. Updated May 26, 2009) sebagai berikut.
Category Example and Key Words
Knowledge: Recall data or information. Examples: Recite a policy. Quote prices from memory to a customer. Knows the safety rules.
Key Words: defines, describes, identifies, knows, labels, lists, matches, names, outlines, recalls, recognizes, reproduces, selects, states.
Comprehension: Understand the meaning, translation, interpolation, and interpretation of instructions and problems. State a problem in one’s own words. Examples: Rewrites the principles of test writing. Explain in one’s own words the steps for performing a complex task. Translates an equation into a computer spreadsheet.
Key Words: comprehends, converts, defends, distinguishes, estimates, explains, extends, generalizes, gives Examples, infers, interprets, paraphrases, predicts, rewrites, summarizes, translates.
Application: Use a concept in a new situation or unprompted use of an abstraction. Applies what was learned in the classroom into novel situations in the work place. Examples: Use a manual to calculate an employee’s vacation time. Apply laws of statistics to evaluate the reliability of a written test.
Key Words: applies, changes, computes, constructs, demonstrates, discovers, manipulates, modifies, operates, predicts, prepares, produces, relates, shows, solves, uses.
Analysis: Separates material or concepts into component parts so that its organizational structure may be understood. Distinguishes between facts and inferences. Examples: Troubleshoot a piece of equipment by using logical deduction. Recognize logical fallacies in reasoning. Gathers information from a department and selects the required tasks for training.
Key Words: analyzes, breaks down, compares, contrasts, diagrams, deconstructs, differentiates, discriminates, distinguishes, identifies, illustrates, infers, outlines, relates, selects, separates.
Synthesis: Builds a structure or pattern from diverse elements. Put parts together to form a whole, with emphasis on creating a new meaning or structure. Examples: Write a company operations or process manual. Design a machine to perform a specific task. Integrates training from several sources to solve a problem. Revises and process to improve the outcome.
Key Words: categorizes, combines, compiles, composes, creates, devises, designs, explains, generates, modifies, organizes, plans, rearranges, reconstructs, relates, reorganizes, revises, rewrites, summarizes, tells, writes.
Evaluation: Make judgments about the value of ideas or materials. Examples: Select the most effective solution. Hire the most qualified candidate. Explain and justify a new budget.
Key Words: appraises, compares, concludes, contrasts, criticizes, critiques, defends, describes, discriminates, evaluates, explains, interprets, justifies, relates, summarizes, supports.
Ranah afektif kurang mendapatkan perhatian dari mereka, walaupun kemudian dirumuskan Bloom, Krathwohl, dan Masia (1964) sebagai berkenaan dengan nilai (“value”) yang terentang jenjangnya dari “awareness/receiving” (menyadari dan menerima adanya nilai-nilai tertentu) sampai dengan kemampuan membedakan nilai-nilai yang tersirat (implisit, tak tampak kasat mata) melalui penganalisisan. Penjelasan dan jabarannya menurut A Big Dog, Little Dog and Knowledge Jump Production ( June 5, 1999. Updated May 26, 2009) sebagai berikut.
The affective domain (Krathwohl, Bloom, Masia, 1973) includes the manner in which we deal with things emotionally, such as feelings, values, appreciation, enthusiasms, motivations, and attitudes. The five major categories are listed from the simplest behavior to the most complex:
Category Example and Key Words
Receiving Phenomena: Awareness, willingness to hear, selected attention. Examples: Listen to others with respect. Listen for and remember the name of newly introduced people.
Key Words: asks, chooses, describes, follows, gives, holds, identifies, locates, names, points to, selects, sits, erects, replies, uses.
Responding to Phenomena: Active participation on the part of the learners. Attends and reacts to a particular phenomenon. Learning outcomes may emphasize compliance in responding, willingness to respond, or satisfaction in responding (motivation). Examples: Participates in class discussions. Gives a presentation. Questions new ideals, concepts, models, etc. in order to fully understand them. Know the safety rules and practices them.
Key Words: answers, assists, aids, complies, conforms, discusses, greets, helps, labels, performs, practices, presents, reads, recites, reports, selects, tells, writes.
Valuing: The worth or value a person attaches to a particular object, phenomenon, or behavior. This ranges from simple acceptance to the more complex state of commitment. Valuing is based on the internalization of a set of specified values, while clues to these values are expressed in the learner’s overt behavior and are often identifiable. Examples: Demonstrates belief in the democratic process. Is sensitive towards individual and cultural differences (value diversity). Shows the ability to solve problems. Proposes a plan to social improvement and follows through with commitment. Informs management on matters that one feels strongly about.
Key Words: completes, demonstrates, differentiates, explains, follows, forms, initiates, invites, joins, justifies, proposes, reads, reports, selects, shares, studies, works.
Organization: Organizes values into priorities by contrasting different values, resolving conflicts between them, and creating an unique value system. The emphasis is on comparing, relating, and synthesizing values. Examples: Recognizes the need for balance between freedom and responsible behavior. Accepts responsibility for one’s behavior. Explains the role of systematic planning in solving problems. Accepts professional ethical standards. Creates a life plan in harmony with abilities, interests, and beliefs. Prioritizes time effectively to meet the needs of the organization, family, and self.
Key Words: adheres, alters, arranges, combines, compares, completes, defends, explains, formulates, generalizes, identifies, integrates, modifies, orders, organizes, prepares, relates, synthesizes.
Internalizing values (characterization): Has a value system that controls their behavior. The behavior is pervasive, consistent, predictable, and most importantly, characteristic of the learner. Instructional objectives are concerned with the student’s general patterns of adjustment (personal, social, emotional). Examples: Shows self-reliance when working independently. Cooperates in group activities (displays teamwork). Uses an objective approach in problem solving. Displays a professional commitment to ethical practice on a daily basis. Revises judgments and changes behavior in light of new evidence. Values people for what they are, not how they look.
Key Words: acts, discriminates, displays, influences, listens, modifies, performs, practices, proposes, qualifies, questions, revises, serves, solves, verifies.
Sementara itu, ranah psikomotor tidak dilanjutkan kajiannya oleh Bloom dan kawan-kawan. Akan tetapi, gambarannya menurut “A Big Dog …” sebagai berikut.
The psychomotor domain (Simpson, 1972) includes physical movement, coordination, and use of the motor-skill areas. Development of these skills requires practice and is measured in terms of speed, precision, distance, procedures, or techniques in execution. The seven major categories are listed from the simplest behavior to the most complex:
Category Example and Key Words
Perception: The ability to use sensory cues to guide motor activity. This ranges from sensory stimulation, through cue selection, to translation. Examples: Detects non-verbal communication cues. Estimate where a ball will land after it is thrown and then moving to the correct location to catch the ball. Adjusts heat of stove to correct temperature by smell and taste of food. Adjusts the height of the forks on a forklift by comparing where the forks are in relation to the pallet.
Key Words: chooses, describes, detects, differentiates, distinguishes, identifies, isolates, relates, selects.
Set: Readiness to act. It includes mental, physical, and emotional sets. These three sets are dispositions that predetermine a person’s response to different situations (sometimes called mindsets). Examples: Knows and acts upon a sequence of steps in a manufacturing process. Recognize one’s abilities and limitations. Shows desire to learn a new process (motivation). NOTE: This subdivision of Psychomotor is closely related with the “Responding to phenomena” subdivision of the Affective domain.
Key Words: begins, displays, explains, moves, proceeds, reacts, shows, states, volunteers.
Guided Response: The early stages in learning a complex skill that includes imitation and trial and error. Adequacy of performance is achieved by practicing. Examples: Performs a mathematical equation as demonstrated. Follows instructions to build a model. Responds hand-signals of instructor while learning to operate a forklift.
Key Words: copies, traces, follows, react, reproduce, responds
Mechanism: This is the intermediate stage in learning a complex skill. Learned responses have become habitual and the movements can be performed with some confidence and proficiency. Examples: Use a personal computer. Repair a leaking faucet. Drive a car.
Key Words: assembles, calibrates, constructs, dismantles, displays, fastens, fixes, grinds, heats, manipulates, measures, mends, mixes, organizes, sketches.
Complex Overt Response: The skillful performance of motor acts that involve complex movement patterns. Proficiency is indicated by a quick, accurate, and highly coordinated performance, requiring a minimum of energy. This category includes performing without hesitation, and automatic performance. For example, players are often utter sounds of satisfaction or expletives as soon as they hit a tennis ball or throw a football, because they can tell by the feel of the act what the result will produce. Examples: Maneuvers a car into a tight parallel parking spot. Operates a computer quickly and accurately. Displays competence while playing the piano.
Key Words: assembles, builds, calibrates, constructs, dismantles, displays, fastens, fixes, grinds, heats, manipulates, measures, mends, mixes, organizes, sketches.
NOTE: The Key Words are the same as Mechanism, but will have adverbs or adjectives that indicate that the performance is quicker, better, more accurate, etc.
Adaptation: Skills are well developed and the individual can modify movement patterns to fit special requirements. Examples: Responds effectively to unexpected experiences. Modifies instruction to meet the needs of the learners. Perform a task with a machine that it was not originally intended to do (machine is not damaged and there is no danger in performing the new task).
Key Words: adapts, alters, changes, rearranges, reorganizes, revises, varies.
Origination: Creating new movement patterns to fit a particular situation or specific problem. Learning outcomes emphasize creativity based upon highly developed skills. Examples: Constructs a new theory. Develops a new and comprehensive training programming. Creates a new gymnastic routine.
Key Words: arranges, builds, combines, composes, constructs, creates, designs, initiate, makes, originates
Sepanjang akhir tahun 1990-an, sebuah kelompok psikolog kognitif (para ahli psikologi aliran kognitivisme) yang dipelopoori oleh Anderson dan Sosniak (1994) memperbaharui taksonomi Bloom tersebut agar lebih sesuai dengan/bagi abad XXI. Perbedaannya seperti tampak dalam gambar berikut.

Agar lebih jelas dinukilkan gambar yang sama dari Richard C. Overbaugh dan Lynn Schultz, Old Dominion University–(internet), dengan diawali penjelasan sejarah terbentuknya (dalam bahasa aslinya), berikut.
n 1956, Benjamin Bloom headed a group of educational psychologists who developed a classification of levels of intellectual behavior important in learning. During the 1990′s a new group of cognitive psychologist, lead by Lorin Anderson (a former student of Bloom’s), updated the taxonomy reflecting relevance to 21st century work. The graphic is a representation of the NEW verbage associated with the long familiar Bloom’s Taxonomy. Note the change from Nouns to Verbs to describe the different levels of the taxonomy.
Note that the top two levels are essentially exchanged from the Old to the New version.
Old Version
New Version
Perubahan terjadi pada aras (level) 1 yang semula sebagai “knowledge” (tahu, “ketahuan”–) berubah menjadi “remembering” (mengingat). Perubahan terjadi juga pada level 2, yaitu “comprehension” yang dipertegas menjadi “understanding” (paham, memahami). Level 3 diubah sebutan dari “application” menjadi “applying” (menerapkan). Level 4 juga diubah sebutan dari “analysis” menjadi “analysing” (menganalisis).
Perubahan mendasar terletak pada level 5 dan 6. “Evaluation” versi lama diubah posisisinya dari level 6 menjadi level 5, juga dengan perubahan sebutan dari “evaluation” menjadi “evaluating” (menilai). Level 5 lama, yaitu “synthesis” (pemaduan) hilang, tampaknya dinaikkan levelnya menjadi level 6 tetapi dengan perubahan mendasar, yaitu dengan nama “creating” (mencipta).
Jadi taksonomi Bloom versi baru terdiri atas (dari level 1 sampai 6): remembering (mengingat), understanding (memahami), applying (menerapkan), analysing (menganalisis, mengurai), evaluating (menilai) dan creating (mencipta). Gambaran perubahannya tampak seperti dilukiskan “A Big Dog …” berikut.

Penjabaran masing-masing level itu sebagai berikut.
• 1.0. Remember (retrieving relevant knowledge from long-term memory)–mengingat (memunculkan kembali apa yang sudah diketahui dan tersimpan dalam ingatan jangka-panjang);
• 1.1. Recognizing (mengenali lagi)
• 1.2. Recalling (menyebutkan kembali)
• 2.0. Understand (determining the meaning of instructional messages, including oral, written, and graphic communication– paham, memahami (menegaskan pengertian atau makna bahan-bahan yang sudah diajarkan, mencakup komunikasi lisan, tertulis, maupun gambar)
• 2.1. Interpreting (menafsiri, mengartikan, menerjemahkan)
• 2.2. Exemplifying (memberi contoh)
• 2.3. Classifying (menggolong-golongkan, mengelompokkan)
• 2.4. Summarizing (merangkum, meringkas)
• 2.5. Inferring (melakukan inferensi)
• 2.6. Comparing (membandingkan)
• 2.7. Explaining (memberikan penjelasan)
• 3.0. Apply (carrying out or using a procedure in a given situation)–menerapkan (melakukan sesuatu, atau menggunakan sesuatu prosedur dalam situasi tertentu)
• 3.1. Executing (melaksanakan)
• 3.2. Implementing (menerapkan)
• 4.0. Analyze (breaking material into its constituent parts and detecting how the parts relate to one another and to an overall structure or purpose)–analisis (menguraikan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang membentuknya, dan menetapkan bagaimana bagian-bagian atau unsur-unsur tersebut satu sama lain saling terkait, dan bagaimana kaitan unsur-unsur tersebut kepada keseluruhan struktur atau tujuan sesuatu itu)
• 4.1. Differentiating (membeda-bedakan)
• 4.2. Organizing (menata atau menyusun)
• 4.3. Attributing (meneteapkan sifat atau ciri)
• 5.0. Evaluate (making judgments based on criteria and standards–evaluasi atau menilai (menetapkan derajat sesuatu berdasarkan kriteria atau patokan tertentu)
• 5.1. Checking (mengecek)
• 5.2. Critiquing (mengkritisi)
• 6.0. Create (putting elements together to form a novel, coherent whole or make an original product)–mencipta (memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk utuh yang koheren dan baru, atau membuat sesuatu yang orisinil)
• 6.1. Generating (memunculkan)
• 6.2. Planning (merencanakan, membuat rencana)
• 6.3. Producing (menghasilkan karya).
Sekedar gambaran awal, di bawah ini dinukilkan penerapannya (Copyright (c) 2005 Extended Campus — Oregon State University http://oregonstate.edu/instruct/coursedev/models/id/taxonomy/#table Designer/Developer – Dianna Fisher).
The Knowledge Dimension The Cognitive Process Dimension
Remember
Understand
Apply
Analyze
Evaluate
Create

Factual Knowledge
List
Summarize
Classify
Order
Rank
Combine

Conceptual Knowledge
Describe
Interpret
Experiment
Explain
Assess
Plan

Procedural Knowledge
Tabulate
Predict
Calculate
Differentiate
Conclude
Compose

Meta-Cognitive Knowledge
Appropriate Use
Execute
Construct
Achieve
Action
Actualize

Sebagai tambahan berikut dinukilkan pula dari Richard C. Overbaugh dan Lynn Schultz, Old Dominion University–(internet).
Remembering: can the student recall or remember the information? define, duplicate, list, memorize, recall, repeat, reproduce state
Understanding: can the student explain ideas or concepts? classify, describe, discuss, explain, identify, locate, recognize, report, select, translate, paraphrase
Applying: can the student use the information in a new way? choose, demonstrate, dramatize, employ, illustrate, interpret, operate, schedule, sketch, solve, use, write.
Analyzing: can the student distinguish between the different parts? appraise, compare, contrast, criticize, differentiate, discriminate, distinguish, examine, experiment, question, test.
Evaluating: can the student justify a stand or decision? appraise, argue, defend, judge, select, support, value, evaluate
Creating: can the student create new product or point of view? assemble, construct, create, design, develop, formulate, write.
Mengadakan aksi terhadap stimulus, yang meliputi proses sebagai berikut :

Kesiapan menanggapi (acquiescene of responding). Contoh : mengajukan
pertanyaan, menempelkan gambar dari tokoh yang disenangi pada tembok kamar
yang bersangkutan, atau mentaati peraturan lalu lintas.

Kemauan menanggapi (willingness to respond), yaitu usaha untuk melihat hal-hal
khusus di dalam bagian yang diperhatikan. Misalnya pada desain atau warna saja.

Kepuasan menanggapi (satisfaction in response), yaitu adanya aksi atau kegiatan
yang berhubungan dengan usaha untuk memuaskan keinginan mengetahui.
Contoh kegiatan yang tampak dari kepuasan menanggapi ini adalah bertanya,
membuat coretan atau gambar, memotret dari objek yang menjadi pusat
perhatiannya, dan sebagainya.
3. Penilaian (valuing)
Pada tahap ini sudah mulai timbul proses internalisasi untuk memiliki dan menghayati
nilai dari stimulus yang dihadapi. Penilaian terbagi atas empat tahap sebagai berikut :
1. Menerima nilai (acceptance of value), yaitu kelanjutan dari usaha memuaskan diri
untuk menanggapi secara lebih intensif.
2. Menyeleksi nilai yang lebih disenangi (preference for a value) yang dinyatakan dalam usaha untuk mencari contoh yang dapat memuaskan perilaku menikmati, misalnya lukisan yang memiliki yang memuaskan.
3. Komitmen yaitu kesetujuan terhadap suatu nilai dengan alasan-alasan tertentu
yang muncul dari rangkaian pengalaman.
4. Komitmen ini dinyatakan dengan rasa senang, kagum, terpesona. Kagum atas keberanian seseorang, menunjukkan komitmen terhadap nilai keberanian yang dihargainya.
4. Pengorganisasian (organization)
Pada tahap ini yang bersangkutan tidak hanya menginternalisasi satu nilai tertentu seperti
pada tahap komitmen, tetapi mulai melihat beberapa nilai yang relevan untuk disusun
menjadi satu sistem nilai. Proses ini terjadi dalam dua tahapan, yakni :

Konseptualisasi nilai, yaitu keinginan untuk menilai hasil karya orang lain, atau
menemukan asumsi-asumsi yang mendasari suatu moral atau kebiasaan.

Pengorganisasian sistem nilai, yaitu menyusun perangkat nilai dalam suatu
sistem berdasarkan tingkat preferensinya. Dalam sistem nilai ini yang
bersangkutan menempatkan nilai yang paling disukai pada tingkat yang amat
penting, menyusul kemudian nilai yang dirasakan agak penting, dan seterusnya
menurut urutan kepentingan.atau kesenangan dari diri yang bersangkutan.
5. Karakterisasi (characterization)

Karakterisasi yaitu kemampuan untuk menghayati atau mempribadikan sistem nilai
Kalau pada tahap pengorganisasian di atas sistem nilai sudah dapat disusun, maka
susunan itu belum konsisten di dalam diri yang bersangkutan. Artinya mudah berubah-
ubah sesuai situasi yang dihadapi. Pada tahap karakterisasi, sistem itu selalu konsisten.
Proses ini terdiri atas dua tahap, yaitu :

Generalisasi, yaitu kemampuan untuk melihat suatu masalah dari suatu sudut
pandang tertentu.

Karakterisasi, yaitu mengembangkan pandangan hidup tertentu yang memberi
corak tersendiri pada kepribadian diri yang bersangkutan
C. Kawasan Psikomotor
Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan
yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi
psikis. Kawasan ini terdiri dari : (a) kesiapan (set); (b) peniruan (imitation); (c)
membiasakan (habitual); (d) menyesuaikan (adaptation) dan (e) menciptakan
(origination).

Kesiapan yaitu berhubungan dengan kesediaan untuk melatih diri tentang
keterampilan tertentu yang dinyatakan dengan usaha untuk melaporkan
kehadirannya, mempersiapkan alat, menyesuaikan diri dengan situasi, menjawab
pertanyaan.

Meniru adalah kemampuan untuk melakukan sesuai dengan contoh yang
diamatinya walaupun belum mengerti hakikat atau makna dari keterampilan itu.
Seperti anak yang baru belajar bahasa meniru kata-kata orang tanpa mengerti
artinya.

Membiasakan yaitu seseorang dapat melakukan suatu keterampilan tanpa harus
melihat contoh, sekalipun ia belum dapat mengubah polanya.

Adaptasi yaitu seseorang sudah mampu melakukan modifikasi untuk disesuaikan
dengan kebutuhan atau situasi tempat keterampilan itu dilaksanakan.

Menciptakan(origination) di mana seseorang sudah mampu menciptakan sendiri
suatu karya.
Sementara itu, Abin Syamsuddin Makmun (2003) memerinci sub kawasan ini dengan
tahapan yang berbeda, yaitu :

Gerakan refleks (reflex movements). Basis semua perilaku bergerak atau respons
terhadap stimulus tanpa sadar, misalnya : melompat, menunduk, berjalan, dan
sebagainya.

Gerakan dasar biasa (Basic fundamental movements) yaitu gerakan yang muncul
tanpa latihan tapi dapat diperhalus melalui praktik, yang terpola dan dapat
ditebak.

Gerakan Persepsi (Perceptual abilities) yaitu gerakan sudah lebih meningkat
karena dibantu kemampuan perseptual.
Taksonomi Bloom : Mengembangkan Strategi Berpikir Berbasis TIK
Tagged with: taksonomi bloom TIK
Kajian Teori
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarkhi dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian- sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi (http://en.wikipedia.org/wiki/Bloom%27s_Taxonomy).
Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan. Konsep ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan dan keahlian mentalitas. Ranah afektif meliputi fungsi yang berkaitan dengan sikap dan perasaan. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan fungsi manipulatif dan kemampuan fisik.
Ranah kognitif menggolongkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang menggambarkan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir mengekspresikan tahap-tahap kemampuan yang harus siswa kuasai sehingga dapat menunjukan kemampuan mengolah pikirannya sehingga mampu mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan. Mengubah teori ke dalam keterampilan terbaiknya sehinggi dapat menghasilkan sesuatu yang baru sebagai produk inovasi pikirannya. Untuk lebih mudah memahami taksonomi bloom, maka dapat dideskripsikan dalam dua pernyataan di bawah ini:
• Memahami sebuah konsep berarti dapat mengingat informasi atau ilmu mengenai konsep itu.
• Seseorang tidak akan mampu mengaplikasikan ilmu dan konsep jika tanpa terlebih dahulu memahami isinya
Konsep tersebut mengalami perbaikan seiring dengan perkembangan dan kemajuan jaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada.
Gambar 1. Diagram Taksonomi Bloom

Setiap kategori dalam Revisi Taksonomi Bloom terdiri dari subkategori yang memiliki kata kunci berupa kata yang berasosiasi dengan kategori tersebut. Kata-kata kunci itu seperti terurai di bawah ini
• Mengingat : mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi , menemukan kembali dsb.
• Memahami : menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, mebeberkan dsb.
• Menerapkan : melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi dsb
• Menganalisis : menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan dsb.
• Mengevaluasi : menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, mebenarkan, menyalahkan, dsb.
• Berkreasi : merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah dsb.
Dalam berbagai aspek dan setelah melalui revisi, taksonomi Bloom tetap menggambarkan suatu proses pembelajaran, cara kita memproses suatu informasi sehingga dapat dimanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa prinsip didalamnya adalah :
• Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya terlebih dahulu
• Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu
• Sebelum kita mengevaluasi dampaknya maka kita harus mengukur atau menilai
• Sebelum kita berkreasi sesuatu maka kita harus mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi, serta memperbaharui
Pentahapan berpikir seperti itu bisa jadi mendapat sanggahan dari sebagian orang. Alasannya, dalam beberapa jenis kegiatan, tidak semua tahap seperti itu diperlukan. Contohnya dalam menciptakan sesuatu tidak harus melalui penatahapan itu. Hal itu kembali pada kreativitas individu. Proses pembelajaran dapat dimulai dari tahap mana saja. Namun, model pentahapan itu sebenarnya melekat pada setiap proses pembelajaran secara terintegrasi.
Sebagian orang juga menyanggah pembagian pentahapan berpikir seperti itu karena dalam kenyataannya siswa seharusnya berpikir secara holistik. Ketika kemampuan itu dipisah-pisah maka siswa dapat kehilangan kemampuannya untuk menyatukan kembali komponen-komponen yang sudah terpisah. Model penciptaaan suatu produk baru atau menyelesaian suatu proyek tertentu lebih baik dalam memberikan tantangan terpadu yang mendorong siswa untuk berpikir secara kritis.
Implementasi Berbasis TIK
Secara umum di bawah ini terdapat sejumlah batasan pada setiap level berpikir yang akan mendasari sistem pengelolaan pembelajaranberbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Creating Merumuskan ide baru, produk, atau cara memandang sesuatu.
Evaluating Menetapkan keputusan dari hasil penilaian atau penghitungan atau melalui beberapa tahap pengujian
Analysing Mengurai informasi ke dalam bagian lebih rinci, terkait satu dengan yang lain dan dapat dipahami.
Applying Menerapkan informasi pada siatuasi yang berbeda
Understanding Menjelaskan ide atau konsep
Remembering Mengingat kembali informasi
Mengingat (Remembering)
No Kegiatan Pembelajaran Berbasis TIK Software/fasilitas pendukung Produk
1 Menamai file Word, Excell, power point Memberikan kode pada penamaan file
2 Meringkas materi kedalam bentuk bullet pointing Power point, word, Membuat bullet, pointing, colouring mengenai informasi penting
3 Mengidentifikasi web dan nara sumber yang mendukung materi pelajaran Mozilla firefox, internet explorer Membookmarking/ favouriting web atau nara sumber terkait
4 Menceritakan kembali topik diskusi yang ada di situs jejaring sosial Facebook, twitter Mendaftar sebagai anggota di situs jejaring sosial, situs dagang
5 Menjelaskan ulang informasi dari internet Search engine : goolgle, yahoo, msn Melakukan pencarian data melalui search engine (googling)
Memahami (Understanding)
No Kegiatan Pembelajaran Berbasis TIK Software/fasilitas pendukung Produk
1 Mengutarakan pendapat atas sebuah berita yang dimuat secara online kompas.com; detik.com; Memberikan komentar singkat dan catatan pada artikel di web
2 Membedakan berbagai dokumen yang dimiliki berdasarkan mata pelajaran Word, excel, powerpoint, Mengklasifikasikan file, website dan bahan ke dalam folder
3 Mendiskusikan topik pelajaran tertentu Forum di internet (www.forumsains.com, /www.indoforum.org, /forum.detik.com) Menyampaikan opini dalam forum internet
4 Menjelaskan ulang materi pelajaran ke dalam blog wordpress.com, blogspot.com, multiply.com Laporan berupa catatan dan tugas harian dalam blog
5 Menerjemahkan materi pelajaran berbahasa asing dari internet Internet, google translate, translation2.paralink.com Materi pelajaran dalam dua bahasa
Mengaplikasikan (Application)
No Kegiatan Pembelajaran Berbasis TIK Software/fasilitas pendukung Produk
1 Menguji pemahaman materi pelajaran melalui e-learning Program e-learning Menjalankan sebuah program
2 Mengilustrasikan proses biologi dalam bentuk flow chart Microsoft office vissio, Power point, word Mengaplikasikan beberapa program
3 Mengaplikasikan program excel untuk penyelesaian soal MIPA Excel Memodifikasi aplikasi program
4 Menguji kemampuan daya nalar Web games online; games.co.id, sudoku Memainkan sebuah games online berbasis pendidikan
5 Menyusun fakta-fakta sejarah menjadi sebuah kliping / catatan sejarah online Web, buku sejarah, google, ziddu.com, rapidshare Mengupload materi /informasi ke dalam sebuah web
Menganalisis (Analysing)
No Kegiatan Pembelajaran Berbasis TIK Software/fasilitas pendukung Produk
1 Mengintegrasikan data, tabel, grafik dan flow chart ke dalam sebuah artikel Word, excel, visio, blog/web Mengintergrasikan beberapa sumber data ke dalam satu web/blog
2 Menghubungkan topik mata pelajaran yang dipelajari dengan informasi terupdate saat ini Google, yahoo dan search engine lainnya Menetapkan link web yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari
3 Menguraikan biografi tentang tokoh sains terkemuka Google, yahoo, wikipedia Biografi tokoh sains
4 Mereview dan menilai informasi hasil browsing Google, yahoo Memvalidasi ketelitian dan kebenaran data yang berasal dari web
5 Mengorganisir data yang dimiliki sesuai dengan mata pelajaran dan jenis file Web, blog, pdf, mp2, word, excel Mengorganisir data online
Mengevaluasi (Evaluating)
No Kegiatan Pembelajaran Berbasis TIK Software/fasilitas pendukung Produk
1 Merekomendasikan web/sumber online sebagai bahan belajar Google, yahoo, web, blog Daftar dan link web yang direkomendasi
2 Mengkritisi sebuah topik yang sedang dibahas Forum diskusi online Mengomentari topic tertentu pada forum diskusi
3 Menilai kelayakan suatu karya untuk ditampilkan ke publik Forum online sekolah, Memoderatori sebuah forum diskusi
4 Memantau kemajuan kolaborasi Web/blog/forum Membangun kolaborasi dan jaringan di situs social
5 Menghitung efisiensi kerja sebuah aplikasi program Excel, e-learning Menguji prosedur kerja sebuah aplikasi program
Menciptakan (creating)
No Kegiatan Pembelajaran Berbasis TIK Software/fasilitas pendukung Produk
1 Menciptakan aplikasi program sederhana Power point, excel Mengembangkan kreasi dengan power point, Mengembangkan kreasi kreasi dengan excel
2 Menciptakan aplikasi multimedia sederhana Adobe photoshop Mengembangkan animasi sederhana untuk alat peraga belajar
3 Medesain tampilan blog/website pribadi Webhosting gratis (www.rumahweb.com, www.000webhost.com, www.webs.com ); blog wordpress, blogspot Website / blog pribadi
4 Berkolaborasi menghasilkan suatu karya untuk dipublikasikan secara online Internet, blog, website Mengembangkan kerja sama mengembangkan karya tulis bersama berbasis jaringan internet.
5 Membuat rekaman kegiatan sekolah/ karya dalam bentuk audio (podcasting) Software atau pemutar mp3, perekam audio, Podcast untuk dipublikasikan secara online
6 Merancang web/blog komersial Web, blog Memiliki toko usaha online
Uraian di atas memberikan gambaran bahwa dalam kosep pendidikan moderen kompetensi siswa dirancang dalam tiga ranah yaitu pengetahuan keterampilan dan sikap. Hasil belajar siswa berupa kompetensi penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan menerapkan ilmu pengetahuan. Pengetahuan diuji dengan alat ukur berupa soal-soal sebagai perangkat tes. Keterampilan menerapkan ilmu pengetahuan diukur dengan kecakapan siswa dalam menerapkan ilmu pengetahuan. Sikap dapat diobservasi bagaimana siswa berprilaku dalam belajar dan bekerja.
Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani tassein yang berarti untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Hampir semua -- benda bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian -- dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah.
Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut sebagai "Taksonomi Bloom".
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk
mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi
berarti klasifikasi berhirarkhi dari sesuatu atau prinsip yang mendasari
klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian-
sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa
skema taksonomi (http://en.wikipedia.org/wiki/Bloom%27s_Taxonomy).
Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada
tahun 1956 oleh Benjamin Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan.
Konsep ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan dan
keahlian mentalitas. Ranah afektif meliputi fungsi yang berkaitan dengan
sikap dan perasaan. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan
fungsi manipulatif dan kemampuan fisik.
Ranah kognitif menggolongkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang
menggambarkan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir mengekspresikan
tahap-tahap kemampuan yang harus siswa kuasai sehingga dapat menunjukan
kemampuan mengolah pikirannya sehingga mampu mengaplikasikan teori ke
dalam perbuatan. Mengubah teori ke dalam keterampilan terbaiknya
sehinggi dapat menghasilkan sesuatu yang baru sebagai produk inovasi
pikirannya. Untuk lebih mudah memahami taksonomi bloom, maka dapat
dideskripsikan dalam dua pernyataan di bawah ini:
• Memahami sebuah konsep berarti dapat mengingat informasi atau ilmu
mengenai konsep itu.
• Seseorang tidak akan mampu mengaplikasikan ilmu dan konsep jika
tanpa terlebih dahulu memahami isinya
Konsep tersebut mengalami perbaikan seiring dengan perkembangan dan
kemajuan jaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang bernama
Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil
perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi
Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari
kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan
secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah
kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi
analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak
berubah jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu creating
yang sebelumnya tidak ada.
Gambar 1. Diagram Taksonomi Bloom

Setiap kategori dalam Revisi Taksonomi Bloom terdiri dari subkategori
yang memiliki kata kunci berupa kata yang berasosiasi dengan kategori
tersebut. Kata-kata kunci itu seperti terurai di bawah ini
• Mengingat : mengurutkan, menjelaskan,
mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi , menemukan kembali
dsb.
• Memahami : menafsirkan, meringkas,
mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, mebeberkan dsb.
• Menerapkan : melaksanakan, menggunakan,
menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai,
menyelesaikan, mendeteksi dsb
• Menganalisis : menguraikan, membandingkan,
mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan,
menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan,
membandingkan, mengintegrasikan dsb.
• Mengevaluasi : menyusun hipotesi, mengkritik,
memprediksi, menilai, menguji, mebenarkan, menyalahkan, dsb.
• Berkreasi : merancang, membangun, merencanakan,
memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat,
memperindah, menggubah dsb.
Dalam berbagai aspek dan setelah melalui revisi, taksonomi Bloom
tetap menggambarkan suatu proses pembelajaran, cara kita memproses suatu
informasi sehingga dapat dimanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa prinsip didalamnya adalah :
• Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya
terlebih dahulu
• Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu
• Sebelum kita mengevaluasi dampaknya maka kita harus mengukur atau
menilai
• Sebelum kita berkreasi sesuatu maka kita harus mengingat, memahami,
mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi, serta memperbaharui
Pentahapan berpikir seperti itu bisa jadi mendapat sanggahan dari
sebagian orang. Alasannya, dalam beberapa jenis kegiatan, tidak semua
tahap seperti itu diperlukan. Contohnya dalam menciptakan sesuatu tidak
harus melalui penatahapan itu. Hal itu kembali pada kreativitas
individu. Proses pembelajaran dapat dimulai dari tahap mana saja. Namun,
model pentahapan itu sebenarnya melekat pada setiap proses pembelajaran
secara terintegrasi.
Sebagian orang juga menyanggah pembagian pentahapan berpikir seperti
itu karena dalam kenyataannya siswa seharusnya berpikir secara holistik.
Ketika kemampuan itu dipisah-pisah maka siswa dapat kehilangan
kemampuannya untuk menyatukan kembali komponen-komponen yang sudah
terpisah. Model penciptaaan suatu produk baru atau menyelesaian suatu
proyek tertentu lebih baik dalam memberikan tantangan terpadu yang
mendorong siswa untuk berpikir secara kritis.
A. Pengertian Taksonomi Pendidikan
Katataks onomi diambil dari bahasa Yunanitass ein yang berartiuntuk
mengklasifikasidan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan
sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Hampir semua benda bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapadomain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah.
Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut sebagai "Taksonomi Bloom".
PENDIDIKAN
DEFINISI PENDIDIKAN
A.Definisi awam
Definisi awam : “Suatu cara untuk mengembangkan ketrampilan, kebiasaan
dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi warga
negara yang baik”.
“Tujuannya untuk mengembangkan atau mengubah kognisi, afeksi dan konasi
seseorang”.
B. Menurut Kamus dan ensiklopedi
1.Kamus Besar Bahasa Indonesia : "pendidikann proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dl usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, pembuatan mendidik;"
2.Ensiklopedi Wikipedia: Education is a social science that encompasses
teaching and learning specific knowledge, beliefs, and skills. The word education is derived from the Latin educare meaning "to raise", "to bring up", "to train", "to rear", via "educatio/nis", bringing up, raising.
C. Menurut Undang-Undang
1.UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989 : "Pendidikan adalah usaha sadar
untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan/latihan bagi peranannya di masa yang akan datang";
2.UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003: Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat
D.Menurut bahasa (etimologi)
1.Bahasa Yunani : berasal dari kataPedagog i, yaitu dari kata “paid” artinya
anak dan “agogos” artinya membimbing. Itulah sebabnya istilahpedag ogi
dapat diartikan sebagai “ilmu dan seni mengajar anak (the art and science
of teaching children).
2.Bahasa Romawi : berasal dari kataeducare, yaitu mengeluarkan dan
menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu
dilahirkan di dunia.
3.Bangsa Jerman : berasal dari kataErziehung yang setara denganeducare,
yaitu : membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan
kekuatan/potensi anak.
4.Bahasa Jawa : berasal dari katapanggu lawentah (pengolahan), mengolah,
mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan watak,
mengubah kepribadian sang anak.
E.Menurut para ahli pendidikan
1.Menurut para ahli, definisi pendidikan adalah "Berbagai upaya dan usaha
yang dilakukan orang dewasa untuk mendidik nalar peserta didik dan
mengatur moral mereka" (Warta Politeknik Negeri Jakarta, April 2007)
2.Langefeld : Mendidik adalah membimbing anak dalam mencapai
kedewasaan
3.Heageveld : Mendidik adalah membantu anak dalam mencapai
kedewasaan
4.Bojonegoro : Mendidik adalah memeri tuntunan kepada manusia yang
belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangannya sampai tercapai
kedewasaan
5.Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk
memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat
memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang
selaras dengan alam dan masyarakatnya
6.Rosseau : Mendidik adalah memberikan pembekalan yang tidak ada pada
masa anak-anak, tapi dibutuhkan pada masa dewasa.
7.Darmaningtyas mengatakan tentang difinisi pendidikan yaitu pendidikan
sebagai usaha dasar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup dan
kemajuan yang ledih baik.
8.Paulo Freire ia mengatakan, pendidikan merupakan jalan menuju
pembebasan yang permanen dan terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah masa dimana manusia menjadi sadar akan pembebasan mereka, damana melalui praksis mengubah keadaan itu. Tahap kedua dibangun atas tahap yang pertama, dan merupakan sebuah proses tindakan kultural yang membebaskan.
9.John Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna
pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.
10.H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari
penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada tuhan seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
11.Frederick J. Mc Donald, pendidkan adalah suatu proses atau kegiatan
yang diarahkan untuk merubah tabiat
F. Definisi menurut ilmu psikologi
Definisi psikologi : “Mencakup segala bentuk aktivitas yang akan
memudahkan dalam kehidupan bermasyarakat” dengan hasil : “Mencakup segala perubahan yang terjadi sebagai konsekuensi atau akibat dari partisipasi individu dalam kegiatan belajar.
pendidikan berasal dari kata “didik’, lalu diberikan awalan kata “me” sehinggan menjadi “mendidik” yang artinya memelihara dan memberi latihan. dalam memeliahara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pemikiran

Kamis, 07 Oktober 2010

TUGAS TPKI 4

TUGAS TPKI 4
Nama : Karina Noviyanti
Semester : 3A
NIM : 2009.1024
E-mail : ale_deyrain@yahoo.co.id
Blog : www.aledeyrain.blogspot.com
Topik : TERORIS

Penyergapan Komplotan Perampok dan Teroris di Sumatera Utara
Akhir-akhir ini publik digegerkan dengan berita perampokan dan terorisme yang terjadi di Sumatera. Pembobolan ATM di Universitas Bung Hatta, Padang, Sumatera Barat, sampai perampokan di Bank CIMB Niaga Medan yang menewaskan Bripka Anumerta Manuel Simanjuntak pada 16 Juli 2010 lalu. Kejadian perampokan tersebut terekam kamera CCTV, dan beberapa orang masyarakat yang kebetulan berada di dekat tempat kejadian pun sempat mengabadikan peristiwa tersebut dengan kamera telepon genggam mereka. Komplotan yang diperkirakan 14 orang ini, yang membawa senjata api diberitakan adalah bagian dari komplotan teroris Al-Qaeda Aceh. Polri terus memburu pelaku serta terus melakukan koordinasi dengan TNI guna keberhasilan penangkapan komplotan tersebut.
Kamis 30 September 2010 malam di Simpang Brohol, Kota Tebingtinggi. Terjadi kontak senjata antara satuan Brimob dengan komplotan yang diduga kuat adalah pelaku perampokan Bank CIMB Niaga Medan, tetapi belum membuahkan hasil. Kontak senjata terjadi kembali Jum’at 1 Oktober 2010 dini hari di Desa Dolok Manampang dan Pekan Kamis, Kecamatan Dolok Masihul. Komplotan ini terkepung di kawasan perkebunan Dolok Masihul setelah jejak mereka teridentifikasi keberadaannya karena sebelumnya ada laporan dari masyarakat bahwa ada orang mencurigakan masuk ke sebuah kedai dengan membeli empat pasang sendal jepit dan belasan bungkus roti.
Sabtu 2 Oktober 2010, Polda Sumut mengerahkan Pasukan Brimob dan Densus 88 untuk menyergap kelompok yang diduga memiliki senjata api ini. Dalam baku tembak, satu orang tersangka mengalami luka tembak. Teman-temannya melarikan diri ke perkebunan sawit di Dusun Empat Pondok Lalang. Disinilah terjadi kontak senjata selama 2,5 jam. Dalam aksi ini, Polri berhasil menembak mati empat tersangka. Keempatnya adalah Taufik Hidayat, orang yang diduga menjadi pemimpin perampokan Bank CIMB Niaga Medan pada 16 Juli 2010 lalu, yang menewaskan Bipka Anumerta Manuel Simanjuntak. Senjata M-16 yang dirampas dari Manuel yang dibawa oleh Taufik Hidayat saat itu berhasil ditemukan di lokasi baku tembak. Sejumlah luka tembak tampak di bagian dada anggota komplotan ini. Tersangka lainnya adalah Zulkarnaen, Oji Syaputra alias Fauji dan Azwar Dedy. Di tempat kejadian ditemukan sejumlah senjata laras panjang, 700 butir peluru, tas senjata, pakaian, 4 magasin, ratusan amunisi, botol minuman, kartu tanda penduduk, dan sejumlah uang.
Abdul Gani Siregar ditangkap massa saat menyelinap dalam pesta perkawinan warga. Sedangkan Robin Simanjuntak terkena tembakan petugas, dan sedang menjalani perawatan. Mereka disergap pada Sabtu 2 Oktober 2010.
Minggu 3 Oktober 2010, terjadi kembali baku tembak yang menewaskan Dedi. Lalu seorang komplotan bersenjata bernama Rahman tewas akibat terkena ledakan granat yang digenggamnya. Ledakan terjadi saekitar pukul 10.30 WIB di pinggir Sungai Martebing, Dudun Dua, Desa Martebing, Kecamatan Dolok Masihul, saat sejumlah polisi dan TNI memergokinya sedang mengedap di sungai. Belum diketahui apakah peledakan granat ini merupakan aksi bunuh diri atau hendak dilemparkan kepada aparat. Namun aparat menduga anggota komplotan itu tidak tahu cara menggunakan granat. Sebelum granat meledak, aparat sudah memperingatkan supaya Rahman menyerahkan diri dan tidak memberi perlawanan. Namun dia malah mengeluarkan tembakan menggunakan pistol ke arah aparat, untung tidak mengarah. Dalam hitungan detik, granat yang dipegang Rahman meletus dan tubuhnya terjatuh ke sungai. Saat meledak, sejumlah aparat yang tadinya hanya berjarak sekitar 2 meter dari Rahman, langsung menjauh. Tidak ada korban dari pihak polisi maupun tentara dalam peristiwa ini. Berdasarkan pantauan, kepala Rahman di sebelah kiri hancur akibat ledakan granat dan dua pergelangan tangannya terputus. Meledaknya granat tersebut disebabkan pin pengamannya sudah dilepas tersangka untuk melukai petugas. Terbongkarnya keberadaan dua anggota komplotan bersenjata ini di sungai berawal dari tindakan teman mereka, bernama M. Khoir alias Buston yang menyerahkan diri ke Markas Kepolisian Sektor Dolok Masihul. Sebelum menyerahkan diri, Buston juga mengendap di Sungai Martebing, sekitar pukul 09.30 WIB.
Sebelum menyerahkan diri, Buston bertemu seorang warga bernama Hamdani Harahap, yang hendak buang air besar ke sungai. Di bawah pohon kelapa sawit, Buston yang dalam kondisi lemah dan kedinginan meminta tolong, tetapi tidak ditanggapi Hamdani yang justru memanggil warga lainnya yang berada tidak jauh dari sungai. Lalu Buston diantarkan ke Polsek Dolok Masihul, dan langsung diamankan ke ruang kerja Kapolsek. Polisi langsung mengorek informasi mengenai keberadaan rekannya. Dari pengakuannya itu, polisi langsung menyisir sungai dan menemukan dua komplotan yang bersembunyi disana.
Sampai ketika essai ini dibuat, sudah sembilan anggota komplotan senjata itu dibekuk, dengan rincian enam orang tewas dan tiga lainnya ditangkap hidup-hidup. Diduga komplotan ini berjumlah 14 orang yang mengendarai tujuh sepeda motor ketika melarikan diri ke perkebunan di Dolok Masihul. Berarti kurang lebih lima tersangka lagi yang masih buron.
Keberhasilan aparat kemarin merupakan hasil dari komunikasi dan koordinasi yang tetap dibangun dengan masyarakat. Dalam kasus kejahatan terutama terorisme, masyarakat menjadi salah satu unsur penting dan peran mereka harus dimaksimalkan, khususnya dalam memberikan informasi. Polri pun terus berkoordinasi dengan TNI dalam setiap penyergapan. Sehingga pelaku perampokan Bank CIMB Niaga Medan dan penyerangan Polsek Hamparan Perak berhasil ditangkap.
Polisi bersama TNI, masih terus mengembangkan pencarian komplotan ini. Penyisiran di daerah akan diakhiri jika sudah dinilai aman. Namun disimpulkan anggota komplotan ini masih ada sehingga kawasan ini harus tetap diawasi dan diisolasi. Mengenai penegasan kasus ini, Kepala Polda Sumatera Utara Irjen Pol Oegroseno menyatakan bahwa masalah awal akan difokuskan pada tindak kriminal yang mereka lakukan selama ini. Jika berkaitan dengan terorisme, akan ditindaklanjuti Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror.
Kelompok bersenjata di Dolok Masihul adalah kelompok besar. Dalam merencanakan aksinya, para pelaku terlebih dahulu rapat. Namun, tidak semua yang ikut rapat turut dalam melakukan aksi kriminal atau terorisme karena kendaraan kurang. Sebab mereka selalu berboncengan, kadang bonceng dua atau bonceng tiga. Akibat takut kena razia polisi saat berbonceng tiga, satu orang tidak ikut, tetapi ketika eksekusi, terutama perampokan yang berhasil, semua tetap dapat bagian. Para pelaku yang masih hidup sudah dapat diintrogasi, mereka banyak memberikan pengakuan, seperti terlibat perampokan tempat penukaran uang di Belawan dan penyerangan Polsek Hamparan Perak.

lanjutan TUGAS TPKI 4

diduga menjadi pemimpin perampokan Bank CIMB Niaga Medan pada 16 Juli 2010 lalu, yang menewaskan Bipka Anumerta Manuel Simanjuntak. Senjata M-16 yang dirampas dari Manuel yang dibawa oleh Taufik Hidayat saat itu berhasil ditemukan di lokasi baku tembak. Sejumlah luka tembak tampak di bagian dada anggota komplotan ini. Tersangka lainnya adalah Zulkarnaen, Oji Syaputra alias Fauji dan Azwar Dedy. Di tempat kejadian ditemukan sejumlah senjata laras panjang, 700 butir peluru, tas senjata, pakaian, 4 magasin, ratusan amunisi, botol minuman, kartu tanda penduduk, dan sejumlah uang.
Abdul Gani Siregar ditangkap massa saat menyelinap dalam pesta perkawinan warga. Sedangkan Robin Simanjuntak terkena tembakan petugas, dan sedang menjalani perawatan. Mereka disergap pada Sabtu 2 Oktober 2010.
Minggu 3 Oktober 2010, terjadi kembali baku tembak yang menewaskan Dedi. Lalu seorang komplotan bersenjata bernama Rahman tewas akibat terkena ledakan granat yang digenggamnya. Ledakan terjadi saekitar pukul 10.30 WIB di pinggir Sungai Martebing, Dudun Dua, Desa Martebing, Kecamatan Dolok Masihul, saat sejumlah polisi dan TNI memergokinya sedang mengedap di sungai. Belum diketahui apakah peledakan granat ini merupakan aksi bunuh diri atau hendak dilemparkan kepada aparat. Namun aparat menduga anggota komplotan itu tidak tahu cara menggunakan granat. Sebelum granat meledak, aparat sudah memperingatkan supaya Rahman menyerahkan diri dan tidak memberi perlawanan. Namun dia malah mengeluarkan tembakan menggunakan pistol ke arah aparat, untung tidak mengarah. Dalam hitungan detik, granat yang dipegang Rahman meletus dan tubuhnya terjatuh ke sungai. Saat meledak, sejumlah aparat yang tadinya hanya berjarak sekitar 2 meter dari Rahman, langsung menjauh. Tidak ada korban dari pihak polisi maupun tentara dalam peristiwa ini. Berdasarkan pantauan, kepala Rahman di sebelah kiri hancur akibat ledakan granat dan dua pergelangan tangannya terputus. Meledaknya granat tersebut disebabkan pin pengamannya sudah dilepas tersangka untuk melukai petugas. Terbongkarnya keberadaan dua anggota komplotan bersenjata ini di sungai berawal dari tindakan teman mereka, bernama M. Khoir alias Buston yang menyerahkan diri ke Markas Kepolisian Sektor Dolok Masihul. Sebelum menyerahkan diri, Buston juga mengendap di Sungai Martebing, sekitar pukul 09.30 WIB.
Sebelum menyerahkan diri, Buston bertemu seorang warga bernama Hamdani Harahap, yang hendak buang air besar ke sungai. Di bawah pohon kelapa sawit, Buston yang dalam kondisi lemah dan kedinginan meminta tolong, tetapi tidak ditanggapi Hamdani yang justru memanggil warga lainnya yang berada tidak jauh dari sungai. Lalu Buston diantarkan ke Polsek Dolok Masihul, dan langsung diamankan ke ruang kerja Kapolsek. Polisi langsung mengorek informasi mengenai keberadaan rekannya. Dari pengakuannya itu, polisi langsung menyisir sungai dan menemukan dua komplotan yang bersembunyi disana.
Sampai ketika essai ini dibuat, sudah sembilan anggota komplotan senjata itu dibekuk, dengan rincian enam orang tewas dan tiga lainnya ditangkap hidup-hidup. Diduga komplotan ini berjumlah 14 orang yang mengendarai tujuh sepeda motor ketika melarikan diri ke perkebunan di Dolok Masihul. Berarti kurang lebih lima tersangka lagi yang masih buron.
Keberhasilan aparat kemarin merupakan hasil dari komunikasi dan koordinasi yang tetap dibangun dengan masyarakat. Dalam kasus kejahatan terutama terorisme, masyarakat menjadi salah satu unsur penting dan peran mereka harus dimaksimalkan, khususnya dalam memberikan informasi. Polri pun terus berkoordinasi dengan TNI dalam setiap penyergapan. Sehingga pelaku perampokan Bank CIMB Niaga Medan dan penyerangan Polsek Hamparan Perak berhasil ditangkap.
Polisi bersama TNI, masih terus mengembangkan pencarian komplotan ini. Penyisiran di daerah akan diakhiri jika sudah dinilai aman. Namun disimpulkan anggota komplotan ini masih ada sehingga kawasan ini harus tetap diawasi dan diisolasi. Mengenai penegasan kasus ini, Kepala Polda Sumatera Utara Irjen Pol Oegroseno menyatakan bahwa masalah awal akan difokuskan pada tindak kriminal yang mereka lakukan selama ini. Jika berkaitan dengan terorisme, akan ditindaklanjuti Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror.
Kelompok bersenjata di Dolok Masihul adalah kelompok besar. Dalam merencanakan aksinya, para pelaku terlebih dahulu rapat. Namun, tidak semua yang ikut rapat turut dalam melakukan aksi kriminal atau terorisme karena kendaraan kurang. Sebab mereka selalu berboncengan, kadang bonceng dua atau bonceng tiga. Akibat takut kena razia polisi saat berbonceng tiga, satu orang tidak ikut, tetapi ketika eksekusi, terutama perampokan yang berhasil, semua tetap dapat bagian. Para pelaku yang masih hidup sudah dapat diintrogasi, mereka banyak memberikan pengakuan, seperti terlibat perampokan tempat penukaran uang di Belawan dan penyerangan Polsek Hamparan Perak.

Penyergapan Komplotan Perampok dan Teroris di Sumatera Utara

TUGAS TPKI 4
Nama : Karina Noviyanti
Semester : 3A
NIM : 2009.1024
E-mail : ale_deyrain@yahoo.co.id
Blog : www.aledeyrain.blogspot.com
Topik : TERORIS

Penyergapan Komplotan Perampok dan Teroris di Sumatera Utara
Akhir-akhir ini publik digegerkan dengan berita perampokan dan terorisme yang terjadi di Sumatera. Pembobolan ATM di Universitas Bung Hatta, Padang, Sumatera Barat, sampai perampokan di Bank CIMB Niaga Medan yang menewaskan Bripka Anumerta Manuel Simanjuntak pada 16 Juli 2010 lalu. Kejadian perampokan tersebut terekam kamera CCTV, dan beberapa orang masyarakat yang kebetulan berada di dekat tempat kejadian pun sempat mengabadikan peristiwa tersebut dengan kamera telepon genggam mereka. Komplotan yang diperkirakan 14 orang ini, yang membawa senjata api diberitakan adalah bagian dari komplotan teroris Al-Qaeda Aceh. Polri terus memburu pelaku serta terus melakukan koordinasi dengan TNI guna keberhasilan penangkapan komplotan tersebut.
Kamis 30 September 2010 malam di Simpang Brohol, Kota Tebingtinggi. Terjadi kontak senjata antara satuan Brimob dengan komplotan yang diduga kuat adalah pelaku perampokan Bank CIMB Niaga Medan, tetapi belum membuahkan hasil. Kontak senjata terjadi kembali Jum’at 1 Oktober 2010 dini hari di Desa Dolok Manampang dan Pekan Kamis, Kecamatan Dolok Masihul. Komplotan ini terkepung di kawasan perkebunan Dolok Masihul setelah jejak mereka teridentifikasi keberadaannya karena sebelumnya ada laporan dari masyarakat bahwa ada orang mencurigakan masuk ke sebuah kedai dengan membeli empat pasang sendal jepit dan belasan bungkus roti.
Sabtu 2 Oktober 2010, Polda Sumut mengerahkan Pasukan Brimob dan Densus 88 untuk menyergap kelompok yang diduga memiliki senjata api ini. Dalam baku tembak, satu orang tersangka mengalami luka tembak. Teman-temannya melarikan diri ke perkebunan sawit di Dusun Empat Pondok Lalang. Disinilah terjadi kontak senjata selama 2,5 jam. Dalam aksi ini, Polri berhasil menembak mati empat tersangka. Keempatnya adalah Taufik Hidayat, orang yang